Bijaknya: Jangan Taro Disitu.

Terhentak dengan pernyataan yang bilang "masih di taro disitu toh ternyata".
Hah? apa yang ditaro disitu? tanya gue mendalam.
Otak langsung menyambut dengan lincah "Harga Diri maksudnya?"
Hatipun gak bisa lagi membohongi, yes otak lo bener kali ini.

Jadi diatas itu anggap sajalah bagian dari yang tak terpisahkan dari prolog postingan gue kali ini.

Dan teman-teman ternyata gue khusunya, kalian umumnya mungkin sadar atau belom sadar kalo kita masih taro Harga diri kita diatas apa kata orang tentang kita. what a tired.

Padahal pertanyaan paling filosofis yang harusnya kita tanya ke diri kita, emang mereka penting buat di pikirin?

Belakangan beberapa oknum mencobai gue dengan kata-kata mereka yang nyakitin, well... Dan, gue (masih) mencoba terus mengerti posisi mereka. kok bisa? let me draw you an analogy.

Kita jalanin hidup ini itu kaya seorang pelari, di saat kita lagi lari, kita ga bisa tuh milih siapa yang lewat di depan kita, atau mungkin siapa yang mau nyamperin kita. dan ditengah perjalanan kita lagi lari, bisa aja ada orang yang iseng yang tarik tali sepatu kita.
Dan pilihan kita cuma 2, balik buat kejar orang yang tarik tali sepatu kita supaya dia benerin dan minta maaf terus efeknya kita lupa sama garis finish di depan atau kita beresin iketan tali sepatu itu sendiri, terus lanjutin lari sampai ke garis finish.

what do you choose? surprise me!

Dan gue memilih opsi kedua, karena gue harus dan selalu mau memastikan kalo gue gak taro harga diri gue sama iketan tali sepatu.

So, i'm going to tell you that.... kita gak bisa minta orang lain jaga perasaan kita, apalagi minta mereka gak nyakitin hati kita, karena semua orang selama dia manusia, potensi terbesar mereka adalah mengecewakan.

Bijaknya, jangan seremeh itu taro harga diri kita sama "apa kata orang tentang kita." we are more than that. please underline it.


“Banyak orang terlalu pintar menilai orang lain, 
Tapi sayang dia terlalu bodoh menilai dirinya sendiri.
Maka janganlah jadi teman si pintar,
yang terlalu pintar untuk memakan setiap penilaiannya, 
tapi terlalu bodoh menilai arti dirinya”

yang udah tau mau taro dimana (:


Ellen Vembrey.

Untuk Direnungkan.

 "Jangan cintai aku karena aku bisa saja berubah. Tetapi, cintailah Tuhanku dan minta Tuhanku mengajariku mencintaimu." Felix Siauw






yang tersentuh membaca quotes dari ustad Felix Siauw,



Ellen Vembrey.